Para CISO Diminta Segera Bereskan Risiko API Sebelum Diwajibkan Regulasi

API (Application Programming Interface) telah menjadi komponen fundamental dalam infrastruktur teknologi modern, memfasilitasi komunikasi antar sistem dan layanan digital. Namun, peran sentral ini juga menjadikan API target menarik bagi penyerang siber. Perusahaan saat ini menghadapi berbagai risiko keamanan API yang terus berkembang, menuntut perhatian serius dan tindakan proaktif untuk melindungi aset digital dan data sensitif.

Memahami Risiko Keamanan API Utama
Laporan terbaru menyoroti beberapa kerentanan API yang paling sering dieksploitasi dalam lingkungan perusahaan. Salah satu yang paling berbahaya adalah Broken Object Level Authorization (BOLA) atau dikenal juga sebagai Insecure Direct Object Reference (IDOR), di mana pengguna dapat mengakses data yang seharusnya tidak mereka miliki izinnya hanya dengan memanipulasi parameter dalam permintaan API. Broken User Authentication juga merupakan masalah umum, memungkinkan penyerang menyusup ke dalam sistem dengan meniru identitas pengguna yang sah. Risiko signifikan lainnya termasuk Excessive Data Exposure (API secara tidak sengaja mengungkap data sensitif lebih dari yang dibutuhkan), Lack of Resources & Rate Limiting (membuat API rentan terhadap serangan penolakan layanan atau brute-force), dan Security Misconfiguration pada pengaturan server atau API gateway. Pengelolaan aset API yang tidak memadai dan kurangnya logging serta pemantauan yang efektif juga memperbesar celah keamanan.

Dampak Serangan API terhadap Perusahaan
Konsekuensi dari eksploitasi kerentanan API bisa sangat merusak. Pelanggaran data (data breach) seringkali menjadi hasil langsung, mengungkap informasi pribadi pelanggan, data keuangan, atau rahasia perusahaan kepada pihak yang tidak berwenang. Selain kerugian finansial langsung akibat denda regulasi (seperti GDPR atau undang-undang perlindungan data lainnya) dan biaya pemulihan insiden, perusahaan juga dapat mengalami gangguan operasional yang signifikan, menghentikan layanan penting dan menghambat produktivitas. Lebih jauh lagi, reputasi merek dapat rusak parah di mata pelanggan, mitra, dan investor akibat insiden keamanan yang merusak kepercayaan.

BACA JUGA:  CoreChess – GUI Catur untuk Mesin Catur

Tantangan dalam Menjaga Keamanan API
Mengamankan lanskap API yang kompleks merupakan tantangan tersendiri. Pertumbuhan pesat dan sifat dinamis dari API membuat visibilitas menjadi sulit; banyak perusahaan tidak sepenuhnya menyadari semua API yang mereka ekspos, termasuk “shadow APIs” yang dikembangkan tanpa pengawasan keamanan yang tepat. Siklus pengembangan perangkat lunak yang cepat seringkali memprioritaskan fungsionalitas daripada keamanan, meninggalkan celah yang dapat dieksploitasi. Selain itu, kurangnya keahlian dalam keamanan API dan pemahaman yang tidak memadai tentang risiko spesifik API di antara tim pengembangan dan operasional menjadi kendala dalam implementasi kontrol keamanan yang efektif.

Strategi Kunci untuk Pengamanan API Perusahaan
Untuk mengatasi risiko keamanan API ini, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan yang komprehensif. Langkah pertama adalah penemuan (discovery) proaktif untuk mengidentifikasi semua API yang ada dalam ekosistem, termasuk API internal, eksternal, dan shadow APIs. Setelah identifikasi, pengujian keamanan yang ketat, seperti pengujian penetrasi khusus API dan analisis keamanan pada setiap tahap siklus hidup pengembangan (SDLC), sangat penting untuk mendeteksi kerentanan. Implementasi kebijakan otentikasi dan otorisasi yang kuat adalah wajib. Selain itu, pemantauan (monitoring) aktivitas API secara berkelanjutan menggunakan solusi khusus API security dapat membantu mendeteksi pola serangan dan anomali secara real-time. Menerapkan tata kelola (governance) yang kuat dan membina budaya keamanan di seluruh tim pengembangan dan operasional adalah kunci untuk memastikan bahwa keamanan API menjadi prioritas utama.

Sumber: https://www.helpnetsecurity.com/2025/07/08/report-enterprise-api-security-risks/