71% Karyawan Baru Terpancing Email Phishing Dalam 3 Bulan Pertama

Merekrut talenta baru adalah langkah maju yang signifikan bagi setiap organisasi. Namun, proses ini juga memperkenalkan area potensi risiko keamanan siber, khususnya terkait dengan serangan phishing yang menargetkan karyawan baru. Para pendatang baru sering kali menjadi target empuk bagi penjahat siber karena beberapa alasan penting.

Mengapa Karyawan Baru Rentan terhadap Serangan Phishing?

Ada beberapa faktor kunci yang membuat karyawan baru lebih rentan terhadap taktik phishing dibandingkan dengan staf yang lebih berpengalaman. Pertama, mereka mungkin belum sepenuhnya familiar dengan protokol keamanan dan budaya komunikasi internal perusahaan. Mereka mungkin belum tahu siapa saja kontak yang sah untuk permintaan informasi tertentu atau bagaimana memverifikasi keaslian surel atau pesan. Kedua, seringkali ada keinginan untuk cepat beradaptasi dan bersikap kooperatif, membuat mereka cenderung merespons permintaan dari “atasan” atau “departemen IT” tanpa verifikasi mendalam, terutama jika permintaan tersebut terkesan mendesak. Keinginan untuk membuat kesan yang baik bisa mengesampingkan kehati-hatian keamanan informasi.

Modus Operandi Penipuan Phishing yang Menargetkan Pendatang Baru

Para pelaku serangan phishing menggunakan berbagai cara untuk mengeksploitasi kerentanan ini. Modus yang umum termasuk mengirim surel atau pesan yang berpura-pura berasal dari eksekutif senior (seperti CEO atau direktur), departemen IT, atau HR. Pesan-pesan ini sering meminta data sensitif, seperti kredensial login, informasi pribadi, atau bahkan instruksi untuk melakukan transfer dana atau membeli kartu hadiah. Mereka memanfaatkan tekanan dan kebingungan yang mungkin dialami karyawan baru di lingkungan kerja yang baru. Pesan palsu tentang orientasi, akses sistem, atau tunjangan adalah umpan yang sering digunakan.

Dampak Potensi Serangan Phishing yang Berhasil

Ketika serangan phishing terhadap karyawan baru berhasil, konsekuensinya bisa serius bagi organisasi. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran data sensitif, akses tidak sah ke sistem internal, kerugian finansial akibat penipuan, atau instalasi malware. Selain itu, insiden keamanan dapat merusak reputasi perusahaan dan menimbulkan biaya signifikan untuk investigasi dan pemulihan. Kerentanan pada titik masuk ini bisa menjadi celah bagi ancaman siber yang lebih luas.

BACA JUGA:  AWS membentuk Awan Berdaulat Eropa sebagai perusahaan terpisah

Strategi Mitigasi untuk Melindungi Karyawan Baru dan Organisasi

Melindungi karyawan baru dari risiko phishing memerlukan pendekatan proaktif yang dimulai sejak hari pertama. Organisasi harus mengintegrasikan pelatihan kesadaran keamanan siber ke dalam proses orientasi karyawan baru. Pelatihan ini harus mencakup pengenalan tentang berbagai jenis serangan phishing, cara mengidentifikasi surel atau pesan mencurigakan, pentingnya memverifikasi permintaan data sensitif atau tindakan mendesak, dan prosedur pelaporan insiden keamanan.

Selain pelatihan, penting juga untuk memiliki protokol keamanan yang jelas dan mudah dipahami. Dorong karyawan baru untuk bertanya dan memverifikasi daripada langsung bertindak jika ada keraguan. Implementasi teknologi keamanan siber seperti filter surel canggih, autentikasi multifaktor (MFA), dan sistem deteksi ancaman juga krusial sebagai lapisan pertahanan tambahan. Menciptakan budaya di mana karyawan merasa nyaman melaporkan potensi ancaman keamanan tanpa takut disalahkan adalah kunci untuk perlindungan data yang kuat. Investasi dalam kesadaran keamanan pada tahap awal masa kerja karyawan adalah investasi penting untuk keamanan siber organisasi secara keseluruhan.

Sumber: https://www.helpnetsecurity.com/2025/06/23/new-hire-phishing-risk/